Di sudut kamar aku terduduk menangis terisak-isak, menyalahkan diriku sendiri atas segala kekurangan ku. Selalu mengutuki, mencaci, menghina diri sendiri membuatku tenggelam jauh kedalam lautan luka.
Apa itu sempurna?
Mengapa aku tidak bisa seperti mereka?
Megapa aku tidak seindah mereka?
Apakah aku layak untuk hidup?
Pertanyaan itu selalu terukir dalam benakku, hingga satu ketika aku tersentak mendengar ketukan dari pintu kamar, ku beranjak berdiri sambil membersihkan air mata di pipi. Kulihat raut wajah yang mirip dengan diriku berdiri di depan pintu kamarku, bentuk bibir yang sama denganku, tatapan yang sama sepertiku.
Hanya satu yang berbeda, ia terlihat lebih gembira daripadaku.
Ternyata, ia adalah diriku dari masa depan, hadir berdiri di depan pintu kamarku untuk menyadarkan bahwa aku layak untuk gembira, layak untuk bersyukur, bukan saatnya untuk bersedih meratapi segala kekurangan. Tapi ini saat yang tepat untuk mengubah semua itu, mengukir senyum di bibir, menghapus air mata di pipi. Dan ya… aku layak untuk bahagia dan berjuang untuk menjadi lebih balk dari sekarang.
Semangat untukku, dan semangat untuk kamu juga.
Kamu itu berharga!
(Ryan Lim – Medan)
Duta Bahasa DKI Jakarta Terfavorit 2019