Apapun kisah panjang di masa laluku, pada akhirnya aku yang memilihmu untuk menjadi nyawa cadanganku. Kubawamu dalam doaku, jika Tuhan ijinkan, aku yang memilihmu untuk akupun bisa menjadi jiwa keduamu, setelah jiwamu sendiri bersama dengan Tuhanmu. Sampai akhirnya, kita bersama datam Ikrar suci yang penuh cinta, menyerahkan hidup kita berdua, dengan segala perbedaan, namun bersepakat untuk melanjutkan sisa hidup kita bersama.
Dear suamiku, kadang omelanku tak mencerminkan kedalaman hatiku dan kedalaman cintaku untukmu. Kadang marahku dan diamku, tak sama dengan apa yang sebenarnya menjadi mauku. Tapi ketika kau kutempatkan sebagai nyawa keduaku, maka kaulah tempatku untuk pulang, ketika aku merasa lelah dengan segala bentuk cucian baju, setrikaan, yang bermanifestasi lewat banyak hal. Aku membutuhkanmu, untuk hadir sebagai nafasku. Kita, tidak bisa hidup masing-masing, seberapa pun bosannya aku denganmu, seberapapun kesalnya kamu denganku. Akhirnya, kita adalah nyawa yang tak bisa terpisahkan.
Dear suamiku, lagi-lagi aku ingin dimengerti, dan lagi-lagi, aku setalu punya cara untuk terus mencintamu.